PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Tugas Artikel :
“Politik Bukan Ajang Mencari
Popularitas”
Dosen : Santa, S.Pd.
NAMA :DEWI DIANI
NPM :(037112210)
KELAS : II.D
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
2013
“Politik Bukan Ajang Mencari
Popularitas”
Mendekati
pemilu 2014 banyak para artis mencalonkan dirinya sebagai calon legislatif
(caleg), sebenarnya apa yang mereka cari sesungguhnya ? menambah popularitas ?
jabatan ? menambah tebal isi kantong ? politik seperti ajang pencarian bakat,
hampir sebagian partai terdapat berkecimpungan artis didalamnya. Menurut saya
sebagian artis yang diusung mengikuti caleg menunjukkan partai politik yang
lemah dan tidak percaya diri pada saat pemilihan dan yang paling anehnya lagi,
para artis yang tidak pernah terlihat peduli pada negara tiba-tiba penuh dalam
daftar caleg. Kontes popularitas tak hanya mewarnai dunia hiburan saja. Panggung politik
pun kini ikut ketularan mengandalkan popularitas. Maka, kompetensi, potensi dan
spesialisasi setiap orang tak lagi jadi pertimbangan utama yang penting ngetop ajalah
!
Coba
tengok pada zaman Ir.Soekarno dulu, dimana sebuah pemerintahan dipilih bukan
dilihat dari populernya tapi ia terpilih karena bagaimana cara ia membela
negara ini, memperjuangkan segenap jiwa raganya untuk kemerdekaan Indonesia dan
yang paling penting kemampuan seseorang dalam berpolitik dan memimpin
masyarakat dalam negeri. Tapi bandingannya dengan zaman sekarang sungguh sangat
jauh sekali, seakan semuanya diabaikan dan terlupakan, hanya kepopulerannya
yang menjadi modal utama karena dengan populer bisa lebih dikenal oleh
masyarakat luas tanpa melihat kemampuannya.
Sebagai
persiapan dalam menghadapi pesta demokrasi lima tahunan itu, seorang artis yang
ingin maju menjadi caleg, jangan hanya bermodal tampang ataupun penampilan,
melainkan ia harus memiliki pengetahuan soal politik. Demikian disampaikan
Kepala Biro Internal Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) DPP
Partai Demokrat, Esther Mandalawati.
Kata
Esther, seorang caleg nantinya bakal terjun ke masyarakat, menyerap aspirasi
lalu memperjuangkannya di dalam parlemen. Sehingga, apa yang menjadi persoalan
rakyat wajib diketahuinya. "Artis juga harus memiliki pemikiran, ide-ide
brilian sebagai solusi persoalan bangsa," kata Esther saat ditemui Okezone
di Jakarta, Sabtu (16/3/2013).
Menurutnya,
siapapun termasuk kalangan artis sekalipun, jika ia telah siap lahir batin
untuk terjun ke dunia politik, sedini mungkin harus belajar membaca kondisi dan
permasalahan yang dihadapi bangsa. Ilmu politik juga diperlukan, agar
kedepannya ia tidak kesulitan, terlebih setelah duduk di kursi parlemen.
"Saya
masih memberi tanda tanya soal pendidikan politik ini. Setiap artis
marilah mulai pembekalan pendidikan politik, lalu membangun mental. Intinya
orientasinya yang pertama dia jadi caleg karena ingin belajar, jangan
orientasinya cuma mau cari uang semata," sebutnya.
Esther
menambahkan, dewasa ini, rakyat sudah semakin cerdas untuk menentukan sosok ideal
pilihannya. Sehingga, bentuk pencitraan seperti perekrutan caleg dari kalangan
artis justru tidak berpengaruh signifikan terhadap perolehan suara. "Jadi
artis juga harus punya kemampuan politik," lugasnya.
Memang tidak
bisa dipungkiri, para artis yang terjun dalam dunia politik dapat mengurangi
dan memangkas biaya mahal pemilu, tetapi ekses lain yang ditimbulkan kualitas
wakil rakyat jauh dari harapan publik malah akan menambah daftar hitam.
Seharusnya artis tahu diri dalam mengusung dirinya sendiri untuk maju dalam
Pemilu 2014, tidak juga dengan mengobral janji yang muluk-muluk, karena sekali
lagi politik bukan ajang untuk belajar berpolitik dan menambah popularitas.
Popularitas,
uang tidak mejamin seseorang menjadi anggota legalislatif, bila tidak disertai
dengan kemampuan membangun jaringan, melakukan kerja politik riil dan
berkomunikasi dengan baik kepada masyarakat, setidaknya mengetahui
karakteristik daerah pemilihnya. Seorang artis yang ingin maju menjadi caleg,
jangan hanya bermodal tampang ataupun penampilan, melainkan ia harus memiliki
pengetahuan soal politik.
Sekedar
catatan, apabila para artis hanya mengikuti arus besar, tanpa mempunyai visi
dan misi yang jelas, bukan sekedar berjuang ditataran konsep berjuang bagi
kepentingan rakyat, tetapi ketika diaktualisasikan tidak bisa ditangkap oleh
massa pemilihnya, inilah bukti kebangkrutan demokrasi.
Apa jadinya
negara ini jika para pemimpin hanya bermodalkan uang dan populer tanpa kualitas
dan kemampuannya dalam politik untuk memimpin negara? Sudah hancur dan
tercoreng nama baik negara akibat kelakuan para politisi tidak
bertanggungjawab, korupsi mewabah seperti virus dari penyakit yang menular,
akan seperti apa negara ini jika dipimpin oleh orang-orang seperti itu ?
Orang yang
mempunyai kualitas kepemimpinan seperti enggan untuk ikut ke dalam dunia
politik, terlebih citra kepemimpinan pemerintah sekarang kurang baik dimata
publik atau masyarakat, sedangkan para artis yang bermodalkan uang dan populer
berlomba-lomba untuk mengikuti daftar calon legislatif (caleg) mungkin penyebab
tersebut karena partai-partai yang kekurangan orang berkualitas, maka
partai-partai mencari orang-orang yang populer sebagai penggantinya.
Contoh artis
yang ikut dalam dunia politik, Rachel Maryam tak menampik ketertarikan partai
politik (parpol) menggaet para
selebriti sebagai calon anggota legislatif (caleg) mempermudah
berkampanye. Ia menuturkan “popularitas menjadi salah satu hal yang paling
dicari.”
"Memang
ketertarikan parpol ke artis karena popularitas, kampanye lebih mudah karena
sudah ada investasi duluan untuk kenal ke masyarakat," ungkap Rachel
ditemui di Gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat, Selasa (30/4/2013).
Rachel Maryam
adalah salah satu contoh artis yang bergabung dalam politik, masih ada banyak
lagi artis-artis yang lain tapi tidak saya sebutkan.
Rakyat
sekarang hanya bisa berharap siapapun yang menjadi pemimpin negara baik dari
kalangan artis atau dari kalangan orang kaya, bisa memimpin teguh amanah dari
rakyat, menjadikan indonesia khususnya dalam parpol menjadi lebih baik lagi dan
mempunyai intelektual kepemimpinan yang tinggi serta mengubah citra
pemerintahan yang mungkin kurang baik dimata publik menjadi berwibawa kembali.
artikelnya bagus kak, izin copy dikit ya buat tambahan materi uprak. makasih banyak sblmnya :)
BalasHapus