A. Peristiwa Alam Beserta
Dampaknya.
Gejala alam
atau peristiwa alam adalah suatu keadaan atau peristiwa yang tidak biasa, yang
ditimbulkan oleh alam. Semua jenis aktivitas alam disebut juga peristiwa
alam. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan bencana alam dapat berupa jatuhnya
korban jiwa, rusaknya rumah dan berbagai fasilitas umum, rusaknya lahan
pertanian, kematian hewan ternak, dan lain sebagainya. Indonesia termasuk
wilayah yang rawan bencana alam. Gejala atau peristiwa alam yang sering terjadi
di antara lain gunung meletus, banjir, gempa bumi, badai atau angin topan,
tsunami, kekeringan dan tanah longsor. Gunung meletus, gempa bumi, tsunami dan
angin topan murni disebabkan oleh alam, tetapi ada juga gejala alam yang juga
disebabkan oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab, seperti banjir dan
tanah longsor.
1. Gempa
Bumi
Gempa bumi
adalah berguncangan bumi yang terjadi karena pergeseran lempeng bumi, runtuhan
batuan, atau letusan gunung berapi. Berdasarkan penyebabnya gempa bumi
dibedakan menjadi:
Gempa
Tektonik
Gempa
tektonik terjadi karena adanya pergeseran kerak bumi. Sebagian besar gempa
tektonik terjadi ketika dua lempeng saling bergesekan. Lempeng yang
bergesekan mengalami pergeseran. Karena gesekan antar lempengan ini menyebabkan
gempa, ini yang paling sering terjadi selama ini. Terjadinya gempa
tektonik dimulai dari sebuah tempat yang disebut pusat gempa (hiposenter (hiposentrum) ). Pusat gempa dapat berada
di daratan atau lautan. Titik di permukaan bumi tepat di atas hiposenter
disebut dengan episenter. Hiposentrum
adalah sumber gempa di kedalaman bumi tertentu. Lokasi pusat gempa ditentukan
berdasarkan pengukuran gelombang seismik.
Gempa
Vulkanik
Sesuai
dengan namanya gempa vulkanik atau gempa gunung api
merupakan peristiwa gempa bumi yang disebabkan oleh gerakan atau aktifitas
magma dalam gunung berapi. Gempa ini dapat terjadi sebelum dan saat letusan
gunung api. Getarannya kadang-kadang dapat dirasakan oleh manusia dan hewan
sekitar gunung berapi itu berada. Perkiraaan meletusnya gunung berapi salah
satunya ditandai dengan sering terjadinya getaran-getaran gempa vulkanik.
Gempa
Runtuhan
Gempa
runtuhan atau terban merupakan gempa bumi yang terjadi karena adanya runtuhan
tanah atau batuan. Lereng gunung atau pantai yang curam memiliki energi
potensial yang besar untuk runtuh, juga terjadi di kawasan tambang akibat
runtuhnya dinding atau terowongan pada tambang-tambang bawah tanah sehingga
dapat menimbulkan getaran di sekitar daerah runtuhan, namun dampaknya tidak
begitu membahayakan. Justru dampak yang berbahaya adalah akibat timbunan batuan
atau tanah longsor itu sendiri.
Gempa bumi
mempunyai kekuatan yang berbeda-beda. Kekuatan gempa diukur menggunakan
satuan skala Richter. Alat untuk
mengukur gempa yaitu seismograf.
Berdasarkan
letak hiposentrum-nya, gempa bumi dibedakan menjadi :
- Gempa bumi dalam, Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
- Gempa bumi menengah, Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
- Gempa bumi dangkal, Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.
Kerusakan
yang dapat ditimbulkan peristiwa gempa bumi antara lain: Bangunan
roboh, Kebakaran, Jatuhnya korban jiwa, Permukaan tanah menjadi
merekah dan jalan menjadi putus, Tanah longsor akibat
guncangan, Banjir akibat rusaknya tanggul. Gempa di dasar laut yang
menyebabkan tsunami
Beberapa
gempa bumi yang tercatat pernah terjadi di Indonesia antara lain :
- 11 April 2012, Gempa bumi di sepanjang Pulau Sumatera berskala 8.6 SR, berpotensi sampai Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Lampung. Gempa terasa sampai India.
- 26 Oktober 2010, Gempa Bumi di Mentawai berskala 7.2 Skala Richter, korban tewas ditemukan hingga 9 November ini mencapai 156 orang. Gempa ini kemudian juga menimbulkan tsunami.
- 16 Juni 2010, Gempa Bumi 7,1 Skala Richter menggguncang Biak, Papua.
- 7 April 2010, Gempa Bumi dengan kekuatan 7.2 Skala Richter di Sumatera bagian Utara lainnya berpusat 60km dari Sinabang, Aceh. Tidak menimbulkan tsunami, menimbulkan kerusakan fisik di beberapa daerah, belum ada informasi korban jiwa.
- 30 September 2009, Gempa Bumi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik yang berasal dari pergeseran patahan Semangko, gempa ini berkekuatan 7,6 Skala Richter (BMG Indonesia) atau 7,9 Skala Richter (BMG Amerika) mengguncang Padang-Pariaman, Indonesia. Menyebabkan sedikitnya 1.100 orang tewas dan ribuan terperangkap dalam reruntuhan bangunan.
- 2 September 2009, Gempa Tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang Tasikmalaya, Indonesia. Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali, berpotensi tsunami. Korban jiwa masih belum diketahui jumlah pastinya karena terjadi Tanah longsor sehingga pengevakuasian warga terhambat.
- 3 Januari 2009 - Gempa Bumi berkekuatan 7,6 Skala Richter di Papua.
- 6 Maret 2007 - Gempa Bumi tektonik mengguncang provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Laporan terakhir menyatakan 79 orang tewas
- 27 Mei 2006 - Gempa Bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa Bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang tewas, dan lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal.
- 26 Desember 2004 - Gempa Bumi dahsyat berkekuatan 9,0 skala Richter mengguncang Aceh dan Sumatera Utara sekaligus menimbulkan gelombang tsunami di samudera Hindia. Bencana alam ini telah merenggut lebih dari 220.000 jiwa.
- 12 Desember 1992 - Di Flores, Indonesia berukuran 7,9 pada skala richter dan menewaskan 2.500 orang.
2. Gunung
Meletus
Gunung
meletus terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar
oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di
dalam lapisan bumi. Cairan magma yang keluar sampai ke permukaan bumi disebut
lava. Suhu lava yang dikeluarkan saat gunung meletus bisa mencapai
700-1.200 °C. Gunung api yang sedang meletus dapat memuntahkan awan
debu, abu, dan lelehan batuan pijar atau lava. Lava ini sangat panas. Saat
menuruni gunung, lava ini dapat membakar apa saja yang dilaluinya.
Namun saat dingin, aliran lava ini mengeras dan menjadi batu. Apabila
lava ini bercampur dengan air hujan, dapat mengakibatkan banjir lahar dingin. Gunung
meletus sering disertai dengan gempa bumi.
Di Indonesia
terdapat banyak gunung berapi yang masih aktif. Gunung berapi aktif adalah
gunung berapi yang masih dapat meletus. Gunung berapi yang akan meletus
dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain :
1. Suhu di
sekitar gunung naik.
2. Mata air
menjadi kering
3. Sering
mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
4. Tumbuhan
di sekitar gunung layu
5. Binatang
di sekitar gunung bermigrasi
Material
yang dikeluarkan gunung berapi saat meletus, antara lain :
Gas vulkanik
Gas vulkanik
mengandung gas berbahaya antara lain: Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida
(CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2).
Lava dan
aliran pasir serta batu panas
Lava encer
akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku di
dekat kawah. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
Lahar
Lahar adalah
lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar
sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi. Jika telah dingin dan
turun hujan di lereng gunung, lahar dingin di lereng gunung akan hanyutdan
menimbulkan banjir lahar dingin.
Hujan Abu
Abu vulkanik
adalah material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan.
Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai
ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.
Awan panas
Hasil
letusan gunung yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini
terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih
besar dari 600 °C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang
terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan
sesak napas. Di Yogyakarta dan sekitarnya, awan panas Merapi sering dsebut
"wedhus gembel".
Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Letusan Gunung Krakatau ini juga mengakibatkan gelombang tsunami. Letusan gunung api dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan. Lava pijar yang dimuntahkan oleh gunung api dapat membakar kawasan hutan yang dilaluinya. Berbagai jenis tumbuhan dan hewan mati terbakar. Apabila lava pijar ini mengalir sampai ke permukiman penduduk, dapat memakan korban jiwa manusia dan menyebabkan kerusakan yang cukup parah.
3. Banjir
Banjir
merupakan luapan air yang melebihi batas. Bencana banjir diawali dengan
curah hujan yang sangat tinggi. Curah hujan dikatakan tinggi
jika hujan turun secara terus-menerus dan besarnya lebih dari 50 mm
per hari. Air hujan dapat mengakibatkan banjir jika tidak mendapat
cukup tempat untuk mengalir. Seringkali sungai tidak mampu menampung
air hujan sehingga air meluap menjadi banjir. Sepanjang bulan Januari 2008
terjadi banjir di berbagai daerah. Banjir melanda kota-kota besar
seperti Jakarta, Semarang, Solo, Aceh, dan Lampung.
Selain pengaruh tingginya curah hujan, banjir dapat terjadi akibat kegiatan manusia, seperti penggundulan hutan dan kebiasaaan membuang sampah sembarangan. Pepohonan akan menahan air hujan sehingga sebagian besar dapat terserap ke dalam tanah. Penggundulan hutan menyebabkan sebagian besar air hujan mengalir di permukaan tanah, apalagi di daerah perkotaan di mana sebagian besar permukaan tanah tertutup bangunan. Air hujan tidak dapat terserap ke dalam tanah dan menyebabkan banjir. Kondisi ini akan semakin parah jka masyarakat suka membuang sampah sembarangan, karena sampah akan menyumbat saluran air.
Selain pengaruh tingginya curah hujan, banjir dapat terjadi akibat kegiatan manusia, seperti penggundulan hutan dan kebiasaaan membuang sampah sembarangan. Pepohonan akan menahan air hujan sehingga sebagian besar dapat terserap ke dalam tanah. Penggundulan hutan menyebabkan sebagian besar air hujan mengalir di permukaan tanah, apalagi di daerah perkotaan di mana sebagian besar permukaan tanah tertutup bangunan. Air hujan tidak dapat terserap ke dalam tanah dan menyebabkan banjir. Kondisi ini akan semakin parah jka masyarakat suka membuang sampah sembarangan, karena sampah akan menyumbat saluran air.
Bencana
banjir dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Beberapa
dampak bencana banjir adalah:
1. Kerusakan
bangunan termasuk jembatan,
sistem selokan bawah tanah, dan jalan raya.
sistem selokan bawah tanah, dan jalan raya.
2.
Berkurangnya persediaan air bersih.
3. Sumber
air bersih terkontaminasi air banjir,
sehigga tidak dapat dimanfaatkan lagi
sehigga tidak dapat dimanfaatkan lagi
4. Munculnya
wabah penyakit
5. Karena
kondisi tidak higienis, setelah terjadi
banjir biasanya timbul wabah penyakit diare,
banjir biasanya timbul wabah penyakit diare,
penyakit kulit, dsb.
6. Hasil
pertanian dan persediaan makanan
berkurang
berkurang
7.
Kelangkaan hasil pertanian disebabkan oleh kegagalan panen. Tanaman dapat
hanyut atau
membusuk akibat terus menerus terendam air.
8. Jalur
transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang
yang
membutuhkan.
4. Tanah
Longsor
Tanah
longsor merupakan gejala alam yang terjadi di sekitar kawasan pegunungan.
Semakin curam kemiringan lereng satu kawasan, semakin besar kemungkinan terjadi
longsor. Tanah longsor biasanya disebabkan oleh hujan yang deras. Hal
ini karena tanah tidak sanggup menahan terjangan air hujan
akibat adanya penggundulan hutan. Tanah longsor dapat meruntuhkan
semua benda di atasnya. Selain itu, tanah longsor dapat
menimbun rumah-rumah penduduk yang ada di bawahnya. Sepanjang bulan
Januari 2008 terjadi tanah longsor di beberapa daerah. Bencana ini di
antaranya terjadi di Brebes dan Tawangmangu yang memakan banyak
korban harta dan jiwa.
Longsor
terjadi saat lapisan bumi paling atas dan bebatuan terlepas dari bagian utama
gunung atau bukit. Hal ini biasanya terjadi karena curah hujan yang tinggi,
gempa bumi, atau letusan gunung api. Longsor dapat terjadi karena patahan alami
dan karena faktor cuaca pada tanah dan bebatuan. Ketika longsor berlangsung
lapisan teratas bumi mulai meluncur deras pada lereng. Jumlah tanah yang besar
dari luncuran tanah dan lumpur inilah yang merusak rumah-rumah, menghancurkan
bangunan yang kokoh dalam hitungan detik. Meskipun tanah longsor merupakan
gejala alam tetapi ada kegiatan manusia yang mampu menyebabkan gejala alam
tanah longsor. Seperti penebangan pepohonan secara liar di daerah lereng,
penambangan bebatuan dan tanah yang mampu menimbulkan ketidakstabilan lereng,
pemompaan dan pengeringan air tanah yang menyebabkan turunnya level air tanah.
5. Angin
Puting Beliung
Angin puting beliung merupakan angin
yang sangat kencang dan bergerak memutar. Puting beliung biasanya
terjadi pada saat hujan deras yang disertai angin kencang. Kecepatan angin
puting beliung bisa mencapai 175 km/jam. Angin puting beliung dapat
menerbangkan segala macam benda yang dilaluinya. Akhir-akhir ini angin
puting beliung sering terjadi di negara kita. Beberapa daerah
yang mengalami angin puting beliung yaitu Magelang, Lampung, Garut,
Nusa Tenggara Timur, dan Banjarmasin. Awal tahun 2004 di daerah Batu
Layar, Lombok, Nusa Tenggara Barat dan di Katon, Bali. Tahun 2006 terjadi topan
Isobel yang semula hanya berupa bibit badai di sebelah selatan Kepulauan Nusa
Tenggara kemudian bergerak ke Australia
Penyebab
terjadinya angin pting beliung adalah karena adanya pergerakan udara yang
sangat kencang. Tiupan angin topan mampu merobohkan berbagai bangunan dan
merobohkan pohon.
6. Tsunami
Jika gempa
bumi terjadi di daerah dekat atau dasar laut maka dapat mengakibatkan gelombang
tsunami. Gelombang tsunami adalah gelombang besar yang terbentuk dari dasar
laut akibat adanya gempa. Pada tanggal 26 Desember 2004 di Nanggroe Aceh
Darussalam dan Sumatra Utara terjadi gempa bumi berskala 8,9 skala richter di
dasar laut yang mengakibatkan gelombang tsunami yang paling dahsyat dan
merupakan bencana alam internasional. Kurang lebih 120.000 orang meninggal
dunia dan hilang. Tahun 2006 tepatnya pada tanggal 16 Maret, Indonesia dilanda
tsunami lagi tepatnya di daerah sekitar Pantai Pangandaran. Pada saat itu
terjadi gempa bumi di dasar laut dengan kekuatan gempa sekitar 6,8 skala
richter.
Tsunami
diambil dari bahasa Jepang yang artinya gelombang pelabuhan. Tsunami tercipta
saat permukaan dasar laut bergerak naik turun di sepanjang patahan selama gempa
terjadi atau saat bagian gunung berapi yang meletus runtuh ke dalam laut.
Tsunami juga tercipta saat gempa atau letusan terjadi di daratan dekat pantai.
Saat terjadi gelombang tsunami di laut lepas, gelombang ini tidak lebih besar
dari gelombang normal tetapi lebih cepat lajunya. Gelombang ini menyebar ke
segala arah dengan kecepatan yang menakjubkan sekitar 800 km/jam. Seperti gelombang
lainnya, ketika gelombang tsunami memasuki air dangkal, maka kecepatannya akan
menurun tetapi ketinggiannya bertambah tinggi. Perlu kalian ingat lagi, bahwa
gelombang tsunami ini melintas dengan sangat cepat. Ketika kecepatannya
berkurang maka ketinggiannya naik secara dramatis hingga dapat membentuk
dinding air yang begitu tinggi dan menghantam pantai. Beberapa gelombang
tsunami dapat mencapai ketinggian 30 hingga 50 meter. Ketinggian gelombang
tsunami juga tergantung dari bentuk pantai dan kedalaman pantai. Tidak semua
gempa dan letusan gunung berapi menyebabkan tsunami dan tidak semua tsunami
berupa gelombang raksasa.
Peristiwa-peristiwa
alam tersebut tidak dapat kita cegah. Gempa bumi, gunung meletus, dan
angin puting beliung dapat terjadi secara tiba-tiba. Namun,
sebenarnya peristiwa alam itu dapat diperkirakan sebelumnya. Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dapat
memperkirakan peristiwa alam itu akan terjadi. Informasi
itu diumumkan kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat menyelamatkan
diri. BMKG juga bertugas mengamati kondisi cuaca harian. Stasiun
meteorologi yang mengamati kondisi cuaca, biasanya berada di
kota-kota besar. BMKG mempunyai alat-alat pengukur cuaca dan iklim
antara lain seperti berikut.
1. Alat
untuk mengukur curah hujan (penakar hujan).
2. Alat
untuk mengukur kecepatan angin (anemometer).
3. Alat
untuk mengukur tekanan udara (barometer).
Beberapa
peristiwa alam dapat kita cegah, misalnya banjir dan tanah
longsor. Beberapa usaha yang dapat kita lakukan untuk mencegah banjir
sebagai berikut.
1.
Melakukan reboisasi atau penghijauan, khususnya di lereng bukit.
2. Membuat
sengkedan (teras) di lahan miring agar tanah tidak longsor diterjang hujan.
3. Jangan
membuang sampah di sungai, selokan, atau saluran air lainnya
karena dapat
menghambat aliran air dan menyebabkan pendangkalan sungai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar